MENGELOLA BISNIS SEPAKBOLA PROFESIONAL
(Muhammad Noor,SE)
Klub sepakbola
profesional adalah suatu klub yang menjalankan tatakelola (management)
bisnis (firm) yang bertujuan untuk menghasilkan profit melalui
prinsip-prinsip kewirausahaan. Kewirausahaan sebuah klub haruslah
didasarkan pada prinsip-prinsip bisnis yang lazim sebagai sebuah badan
usaha atau perusahaan (firm). Tujuan klub profesional sebagai unit
bisnis adalah untuk menghasilkan keuntungan (profit). Ini berarti, klub
profesional hanya semata-mata untuk menghasilkan keuntungan dengan cara
membangkitkan energi sepakbola melalui mekanisme fungsi finance,
operation, marketing, dan human resources.
Fungsi Finance
Sebuah klub
seharusnya memulai pembiayaan dari sumber-sumber pendanaan yang bersifat
komersial, seperti investor (termasuk dana sendiri), kreditor atau
bentuk-bentuk penyertaan modal lainnya. Semua sumber dana ini harus
dikelola dengan efisien dan efektif agar klub bisa menjalankankan
usahanya (ikut liga) dan memberikan profit bagi perusahaan. Atas dasar
profit ini dimungkinkan untuk mencicil kredit, memupuk modal dan member
return bagi pemegang saham (investor). Dengan prinsip ini maka klub-klub
yang berharap dan mengandalkan dana dari APBD dan kucuran dana dari
perusahaan induk terkikis habis. Memandang modal sebagai investasi akan
memperkokoh struktur pendanaan klub di dalam industri sepakbola. Namun
demikian, sebuah klub profesional boleh saja sumber keuangannya dari
pemda (tetapi tetap harus dihindari), asalkan mekanismenya benar
(penempatan dana sebagai saham) dan ada pertanggungjawaban
(akuntabilitas) dalam bentuk pengembalian yang jelas.
Fungsi Operation dan Fungsi Marketing
Untuk bisa
mengembalikan dana-dana yang digunakan dalam pembiayaan klub, firm harus
mampu mengcreate pemasukan (income) yang besar seperti dari hasil
penjualan tiket, penjualan merchandise, sponsorship, hak siar, margin
nilai transfer pemain dan pelatih. Besar kecilnya jumlah pemasukan ini
sangat tergantung pada pengorganisasian klub yang benar dengan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen operasi klub yang komprehensif.
Fungsi pemasaran menjadi kunci sukses pengelolaan operasi sebuah klub
profesional. Potensi konsumen sepakbola Indonesia begitu besar, hal ini
mengacu pada tingginya kesadaran nasional terhadap sepakbola.
Mempertemukan tujuan perusahaan (profit) dengan animo penonton sepakbola
adalah sebuah ruang bisnis yang potensinya sangat luar biasa.
Dalam hubungan
ini, sepakbola sendiri sebagai produk jasa, maka yang dikemas
(diproduksi) dan dijual adalah mutu permainan, kualitas pemain dan
kemampuan pelatih, kualitas penyelenggaraan termasuk kualitas
infrastruktur (stadion). Jika produk sepakbola ini sudah terbentuk
sedemikian rupa (kualitas), maka dengan sendirinya akan mudah memasarkan
kegiatan klub profesional menjadi bisnis yang komersial, memudahkan
manajemen klub untuk mengkreasi produk-produk turunannya. Selanjutnya,
jika penciptaan produk itu sudah diterima baik oleh pasar (pasar bukan
saja penonton sepakbola, juga termasuk sponsor, televisi, pemasang
iklan) maka jika ingin melompat ke bisnis yang lebih besar maka akan
mudah mendapat pasokan dana, karena investor akan berloma-lomba untuk
menanamkan modalnya. Sebagai contoh, klub-klub professional seperti MU,
Chelsea, Liverpool dan Arsenal di Liga Inggris menjadi klub-klub besar
sesungguhnya bukan karena orang Inggris maniak sepakbola, tetapi karena
kemampuan mereka menjalankan operation dan marketing klub sebagai sebuah
perusahaan. Klub-klub profesional Inggris ini telah terbukti mampu
mempertontonkan kualitas sepakbola tidak hanya di pasar domestik tetapi
juga di dunia internasional.
Fungsi Human Resources
Animo penonton
sepakbola Indonesia lebih besar dari Inggris, karena itu potensi pasar
sepakbola Indonesia sesungguhnya sudah terbentuk. Yang menjadi
permasalahan adalah bagaimana cara mengelolanya dan siapa yang harus
mengelolanya. Dengan kata lain, masyarakat sepakbola Indonesia adalah
konsumen masif sepakbola yang potensial untuk digerakkan sebagai ruang
kegiatan bisnis sepakbola. Hanya saja sejauh ini belum digarap secara
maksimal. Potensi pasarnya sudah terlihat sejak lama, karena itu klub
profesional harus mewujudkannya, dan bagaimana klub menggerakkannya
sangat diperlukan tatakelola yang baik dengan kehadiran orang-orang yang
tepat di dalam organisasi sepakbola, utamanya klub dan bahkan di
organisasi liga (PT Liga) dan asossiasi (PSSI). Orang-orang yang dimaksud
tidak harus berlatar belakang sepakbola, tetapi lebih mempertimbangkan
kompetensi (professionalisme) dari orang-orang yang akan direkrut. , sebagai contoh, di masa lalu, perusahaan-perusahaan strategis
seperti PLN, Telkom, Maskapai dan sebagainya didominasi para insinyur
mulai dari direktur hingga urusan keuangan, pemasaran dan sumberdaya
manusia. Namun kini, pola-pola penempatan personil semacam itu sudah
tidak terlihat lagi. Kini, pemasaran ditangani ahli pemasaran, keuangan
dipimpin oleh ahli keuangan dan sumberdaya manusia dikepalai oleh ahli
sumberdaya manusia. Karena itu, pengelola klub sepakbola
professional di era industri sepakbola yang sekarang, pengelola tidak
harus lagi yang berlatar sepakbola (pemain, pelatih), apalagi pejabat
yang tidak kompeten, tetapi kriteria pengelola harus lebih mengedepankan
pada kemampuan (kompetensi) personil yang mampu mengelola keuangan
dengan baik, mampu mengelola sistem operasi klub dan mampu mengelola
marketing serta mampu mengelola sumbedaya manusia (staf, pemain,
pelatih). Dengan demikian, klub sebagai pelaku bisnis diharapkan mampu
menerapkan manjemen klub yang profesional yang pada gilirannya mampu
menjaga klub agar tetap berada di dalam industri sepakbola (liga
professional). Sekadar sebagai contoh: banyak klub-klub Indonesia bubar
karena mengabaikan pentingnya orang-orang profesional di dalam klub.
Indonesia kini tengah memasuki era industrialisasi sepakbola.
Industrialisasi sepakbola di Indonesia sangat tergantung para
profesional bisnis sepakbola yang mampu menguasai bidangnya (finance,
operation, marketing, human resources).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar